pemahaman artistik pencahayaan pada gambar

Proses pengambilan gambar atau eksekusi produksi di lapangan dibutuhkan peralatan untuk
merekam/mengabadikan gambar gerak yaitu kamera video sebagai piranti utama yang dibantu dengan
peralatan penunjang: lighting set atau tata cahaya.
Kegiatan Belajar 1: Tata Kamera
Dua kategori kamera: berbahan dasar film seluloid dan kaset video (talent image). Kamera memiliki
fungsi vital dalam produksi audiovisual. Agar saat pengambilan gambar tidak terjadi guncangan dan
juga untuk mendapatkan gambar gerak yang smooth moving, maka harus didukung peralatan, seperti:
tripod, filter lensa, scaffolding, dolly, flag, butterfly, clapper, dsb.
1. Pergerakan Kamera Video. Dua kategori pergerakan kamera: gerakan kamera berada di atas
penopang (tripod) dan gerakan kamera dengan body-nya. Pergerakan kamera dimaksudkan agar
mendapatkan dinamisasi, yaitu komposisi frame yang dapat diatur sesuai konsep produksi
sehingga gambar yang dihasilkan kaya ragam.
1. Gerakan kamera di atas penopang (tripod): panning (gerakan kamera video secara
mendatar/horizontal ke arah kiri maupun kanan), tilting (gerakan kamera video secara vertikal
ke arah atas dan ke bawah).
2. Gerakan kamera video dengan body-nya: tracking (gerakan kamera yang menggunakan alat
bantu dolly-alat yang digunakan sebagai penyangga tripod kamera yang memungkinkan
kamera bergerak leluasa dan halus di atas rel), craning (gerakan kamera secara vertikal ke
atas maupun ke bawah guna membantu pergerakan kamera secara optimal yang tak mungkin
dilakukan oleh camera operator dengan hand held maupun dolly dengan menggunakan
jimmyjip).
2. Framing. Framing merupakan pemberian marking atau batasan area setting dari obyek yang
terekam kamera saat pengambilan gambar berlangsung.
1. Komposisi Framing, merupakan pengaturan tata letak subyek pengambilan gambar
menggunakan kamera. Komposisi framing diperlukan untuk mendapatkan gambar yang baik,
dapat berbicara, mempunyai makna, lebih hidup, dan mewujudkan visual film agar tidak
monoton. Selain itu komposisi framing bertujuan untuk memberi informasi aksi maupun
interaksi subyek dan mengarahkan fokus penonton kepada subyek yang sedang direkam
dengan aksinya tersebut.
2. Type of Shot (tipe ukuran frame dan mengacu pada tubuh manusia):
a. Close Shot/Komposisi Padat: merekam bagian badan subyek secara padat/penuh.
b. Medium Shot/Middle Shot/Komposisi Tengahan: merekam subyek setengah badan.
c. Long Shot/Komposisi Lebar: merekam subyek secara penuh dengan batas atas head
room hingga kaki.
d. EDU (Extreme Close Up): merekam penuh/padat dan lebih terpusat pada satu bagain
subyek.
e. BCU (Big Close UP): merekam padat/wajah subyek.
1
 f. CU (Close Up): merekam padat batas atas sampai batas bawah siku lengan bahu.
g. MCU (Medium Close Up): merekam dengan batas atas subyek sampai batas bawah
sejajar perut.
h. MFS (Medium Full Shot/Knee Shot): merekam batas atas subyek sampai atas lutut
sebagai batas bawah.
i. Full Shot/Shot Lebar: merekam subyek secara utuh dan diberi sedikit ruang untuk head
room.
j. LS (Long Shot): merekam subyek secara utuh dari jarak jauh dan interaksinya dengan
lingkungan sekitar.
k. ELS (Extreme Long Shot): merekam subyek secara utuh dari jauh (melebihi long shot) dan
interaksinya dengan sekitar
Kegiatan Belajar 2: Sudut Pandang Kamera (Camera Angle)
Camera angel merupakan teknik pengambilan gambar dari sudut pandang tertentu untuk
mengekspose aksi subyek. Camera angel harus didukung oleh blocking, pergerakan kamera dan tata
letak lampu.
A. High Angle, Top Angle, Bird Eye View: High angle (merekam dari sudut atas subyek hingga bagian
atas subyek lebih terespose), top angle (merekam subyek tepat dari sudut atas), bird eye view
(merekam subyek lebih dramatis dan dinamis, misalnya merekam mata burung dari atas).
B. Eye Level, Profil Shot: eye level (merekam subyek sejajar dengan tinggi camera shooter), profil
shot (merekam subyek sejajar dengan tinggi camera shooter namun sedikit dimiringkan).
C. Low Angle, Frog Eye Level: low angel (merekam subyek dari sudut bawah), frog eye level
(merekam subyek dari sudut bawah namun kamere disetting setinggi kaki).
D. Over Shoulder: merekam subyek dari sudot pandang belakang subyek/punggung.
E. Walking Shot, Fast Road Effect: walking shot (menempatkan subyek lebih berat di sebelah kiri atau
kanan berlawanan arah gerakannya), fast road effect (efek kamera secara cepat merekam gerak
subyek sehingga memunculkan efek blur).
F. Artificial Shot: untuk memperindah shot dengan nuansa estetis, biasanya di alam terbuka dengan
insert, misalnya dedaunan di depan kamera.
G. Reflection Shot: pengambilan gambar di mana subyek berada di depan cermin.
H. Tripod Transition: pengambilan gambar melalui pergerakan kamera on tripod dengan framing yang
terbatas namun dengan area yang luas, sehingga kamera secara aktif mengarah pada kedudukan
subyek.
I. Back Light Shot: pengambilan gambar dengan posisi kamera menghadap pada sumber cahaya.
J. Single Shot, 2 shot, Group Shot: single shot (gambar satu subyek), 2 shot (gambar dua subyek),
group shot (gambar sekelompok subyek).
K. Follow Sheet: shot yang dihasilkan dari pengambilan mengikuti pergerakan subyek.
L. Establishing Shoot: shot yang menggambarkan latar peristiwa.
M. Zooming: merupakan pergerakan lensa kamera untuk menghasilkan shot dengan pengambilan
gambar dari jarah jauh.
N. Head Room: ruang jeda semu di atas kepala subyek.
O. Blur: gambar tampak buram/tidak fokus.
P. Fading: tampilan gambar yang muncul atau menghilang secara perlahan pada layar yang berfungsi
sebagai pengakhir babak atau peringkas waktu untuk menghilangkan adegan yang tidak perlu.
Q. White Balance: standarisasi warna sebagai akibat dari cahaya yang tertangkap lensa kamera.
Cahaya yang tertangkap saat pengambilan gambar di ruang akan berbeda dengan saat
pengambilan di luar ruang.
R. Garis Imajiner: garis khayal yang membatasi arah pandang kamera untuk menjaga posisi subyek
antar frame.
2
 S. Kontinuitas Gambar Dalam Film: bisa saja saat pengambilan gambar telah dilakukan lengkap
dengan segala stock shot. Namun, ternyata setelah hasil masuk ke editing masih ada yang
janggal/tidak wajar. Oleh karena itu, dalam proses editing harus memperhatikan gambar-gambar
yang telah didapat dari shot harus membentuk bangunan ceritera (alur ceritera) yang jelas.
Kegiatan Belajar 3: Sudut Tata Cahaya dan Artistik
Fungsi tata cahaya dalam secara teknis adalah membangun kesan suasana pada karya audiovisual,
membangun harmonisasi sehigga rasionya tidak kontras, dan membantu kamera menangkap kesan
subyek yang diterangi.
A. Sumber Cahaya
1. Available Light, merupakan cahaya alam: matahari (daylight), cahaya bulan, cahaya bintang,
cahaya dari api, binatang yang mengeluarkan cahaya, dsb. yang dapat memberi kesan lebih
alami. Cahaya alam memiliki kelemahan: intensitanya tidak dapat ditentukan, waktu
berpengaruh pada intensitas cahaya sehingga akan perpengaruh terhadap hasil gambar, dan
kondisi alam (berawan) juga akan berpengaruh pada intensitas cahaya. Cahaya yang
tertangkap kamera video bisa jadi akan berbeda dengan cahaya yang tertangkap oleh mata
manusia. Oleh karena itu, camera operator harus mengenali kepekaan kamera.
2. Artificial Light, merupakan cahaya yang dihasilkan dari rekaan/buatan manusia: cahaya lampu.
Contoh jenis lighting set: blonde, black head, red head, kino flow, barsdoor, dsb.
B. Tata Cahaya Dasar. Empat lighting set yang digunakan dalam tata cahaya dasar adalah:
1. Key Light, cahaya utama yang berfungsi sebagai penerang utama pada subyek.
2. Fill Light, cahaya tambahan untuk mengisi bagian lain yang berlawanan dengan key light dan
berfungsi untuk mengimbangi key light.
3. Back Light, cahaya tambahan yang mengarah di bagian belakang subyek guna menciptakan
kesan ruang 3 dimensi.
4. Available Light, cahaya pendukung yang berfungsi sebagai penegas suasana, misalnya untuk
mendunkung suasana mistis, suasana siang hari.
C. Tata Cahaya Di Lapangan Produksi. Tata cahaya harus dikonsep secara serius sebelum pra
produksi, sehingga akan dapat ditentukan jumlah lampu guna menciptakan mood dan harmonisasi.
Hal lain dalam tata cahaya: arah lampu, derajat sudut lampu, intensitas lampu yang dapat diatur,
komposisi warna, rasio cahaya, bounching (cahaya yang dipantulkan dengan reflektor), dan
perbandingan antara hi-light (bagian yang terang) dan shade (bagian yang paling gelap), serta
standar warna dasar (white balance). Dalam rekaman in-door concept, perlu survei terlebih dahulu,
menempatkan lampu dengan posisi eye level dan menggunakan kerangka dari besi (rigging).
D. Artistik. Art director harus memiliki keahlian: menciptakan rekayasa bentuk, mengatur tata letak,
memahami tata warna, tata cahaya, komposisi framing dan pengadegan, sehingga tercipta:
kreativitas seni, simulasi ruang, estetika interior, dan piranti-piranti. Hasil kreativitas seni akan
dikaitkan dengan: waktu, tempat dan karakter.
1. Konstruksi Bentuk. Dalam hal ini, yang harus diperhatikan adalah:
a. keselarasan warna (warna natural - warna yang muncl dari benda-benda alami - dan
artificial – warna yang dihasilkan dari campur tangan manusia),
b. bentuk property (bisa bulat, segitiga, kotak, kurva, titik dan garis, atau 2 dimensi dan 3
dimensi, atau kombinasi bentuk),
c. bahan dasar material (natural dan artificial) yang berfungsi sebagai memperindah setting
artistik), dan
d. pencahayaan (untuk menghasilkan kepekaan benda-benda atau property yang tampak
pada frame).
2. Menata Ruang Artistik secara Lapisan/Layering, berfungsi untuk menata properti. Penata
layering: melingkar dan mendatar/melebar. Layering ini untuk pencocokan, harmonisasi, dan
penonjolan properti.
3
 E. Wardrobe dan Make-up
1. Wardrobe, merupakan segala macam kostum dan atribut yang dipersiapkan untuk keperluan
produksi dan berfungsi sebagai informasi penting penunjang karakter, membangun suasana,
dan estetika.
2. Make-up, berkaitan dengan karakter dan berfungsi untuk peneguhan karakter seorang talent.
Make-up diharapkan senatural mungkin, tidak berlebihan namun membantu penonton
memahami karakter.