Hal-hal tersebut nampaknya menginspirasi banyak orang untuk menekuni profesi tersebut. Berangkat dari rasa penasaran ini, Wolipop berbincang dengan salah satu desainer ternama Indonesia, Priyo Oktaviano yang ditemui Wolipop di studionya di Lamandau, Jakarta, Jumat (31/09/2012).
Menurutnya, seseorang tidak harus sekolah di sekolah mode untuk bisa menjadi desainer. Yang terpenting ia harus punya skill dan suka fashion. Skill yang dimaksud adalah memiliki basic seperti mendesain, memilih bahan, warna, membuat pola. "Hal ini penting, dia engak harus membuat sendiri tapi menegerti dasarnya. Belajar otodidak atau di tempat kursus juga bisa tanpa harus ke sekolah fashion mahal," ujarnya.
Hal yang sama juga dialami oleh Didiet Maulana, desainer dari Ikat Indonesia. Meskipun tidak memiliki latar belakang sekolah mode, ia kini justru sukses mengangkat lini koleksinya sebagai salah satu label prestisius yang diminati banyak sosialita.
"Saya belajar konsep merancang ketika saya kuliah di Arsitektur Parahyangan, Bandung. Sehingga konsep bentuk dan material sedikit banyak bersentuhan dengan latar belakang saya. Yang penting adalah tekun dan terbiasa dengan referensi bentuk. Again, dimana ada kemauan di situ ada jalan," ujarnya kepada Wolipop via e-mail, Sabtu (1/09/2012).
Di balik semua hal glamour nan mewah, ternyata lebih banyak perjuangan dan kerja keras yang ditempuh para desainer, seperti yang diungkapkan Priyo Oktaviano. "Enggak gampang jadi desainer di Indonesia. Kalau di luar negeri, semua divisi sudah ada yang handle. Tapi di sini, harus pintar juga mengelola SDM; ya penjahit, pemayet, hubungan klien, media, semua kebanyakan saya lakuin sendiri. Ini enggak bagus, tapi semuanya bergantung sama saya," ujarnya.
Jika kita sering mendengar ungkapan, 'kalau mau jadi desainer harus kaya,' ternyata hal tersebut keliru. Menurut Priyo dan Didiet, hal apapun bisa terealisasikan dengan kemauan yang keras. Priyo mengatakan, "jadi desainer enggak harus banyak duit. Saya pertama kali survive dengan satu orang penjahit saja. Terima order pelan-pelan. Lalu nambah dengan satu orang pemayet. Saat itu, urusan bikin dan gunting pola sampai angkat telepon juga saya sendir," ujarnya mengenang momen 8 tahun lalu.
Didiet pun menambahkan, "Ketika kemauan begitu kuat dan keyakinan diri sangat besar, saya percaya jalan akan terbuka. Mungkin tidak langsung menjadi desainer, tapi bisa mulai dengan kursus menjahit atau pola potong. Kemudian belajar sambil bekerja di sebuah rumah mode," ujarnya.
Menurut Didiet, jika seseorang berbakat, maka talentanya akan terlihat dari karya-karyanya dan menarik perhatian orang. Hal tersebut bisa jadi kesempatan yang baik jika ada desainer senior yang menawarkan untuk bekerja dengannya dan menimba ilmu sekaligus mencari nama, pengalaman dan relasi. "Tidak ada yang tidak mungkin. Saya pun pernah mengalami masa sangat sulit, namun tekad dan doa menyelamatkan saya," pungkasnya